Ayat Alkitab Mengenai Menikah Dalam Kristen

foto:
https://www.yukristen.com
Dapat menikah dan membentuk sebuah keluarga yang puas tentu merupakan keinginan banyak orang. Karena pernikahan itu merupakan sebuah janji suci yang diutarakan oleh dua pasang insan yang saling mengasihi satu mirip lain, banyak orang yang berlomba-lomba mempunyai efek pernikahan indah seperti di negeri dongeng bersama alasan “sekali seumur hidup”. Benarkah demikian? Seseorang menikah tentu dilandasi bersama yang namanya cinta. Namun, kerap kali pernikahan hanya dijadikan sebuah ajang permainan semata.
Kita dapat melihatnya di kurang lebih kami ataupun dipemberitaan sarana sosial. Banyak orang yang mengakhiri pernikahannya begitu saja karena tidak dapat menyelesaikan kasus ya ada. Bahkan ada pula yang baru lebih berasal berasal dari satu bulan menikah justru pilih untuk bercerai dan menikah lagi bersama orang yang dirasa telah tepat.
Apakah itu merupakan pernikahan yang puas di hadapanNya?
Ketika seorang laki-laki pergi meninggalkan orang tuanya dan pilih hidup bersama bersama orang yang dicintainya hingga maut memisahkan bukankah seharusnya orang selanjutnya melindungi pertalian pernikahan itu hingga akhir hayatnya?
Padahal di dalam Matius 19:5-6 jelas dicantumkan
doa katolik untuk melunasi hutang demikian “Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki dapat meninggalkan ayah dah ibunya dan bersatu bersama isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Sebagai orang percaya, pernikahan merupakan momen indah yang amat spesifik karena dapat ada keterlibatan Tuhan di dalam keluarga yang dapat dibangunnya kelak. Perinikahan itu suci. Yang kudu diingat disini adalah suci yang dimaksud bukanlah pasangan yang dapat menikah bukan pula pendeta yang memberkati pernikahan itu, tetapi Tuhan yang terlibat di dalam pernikahan tersebut. Karena pernikahan itu suci, maka kami kudu melindungi pernikahan itu hingga maut memisahkan, Ketika suatu pasangan suami istri kelak diperhadapkan oleh suatu masalah, janganlah hingga menyalahkan Tuhan. Tuhan tidak pernah salah. Ia senantiasa jelas apa yang kami butuhkan.
Yang mempunyai efek itu keliru adalah manusia itu sendiri. Pernikahan terhitung merupakan persahabatan yang paling akrab yang dimiliki oleh manusia. Dalam pertalian suami istri haruslah ada kasih Tuhan yang mendasari sehingga keduanya dapat saling mengasihi, mencintai, menjunjung dan menjunjung satu mirip lain. Haruslah menjadikan Tuhan sebagai “kepala keluarga” di dalam pernikahan selanjutnya karena Allah yang menjadi fokus di dalamnya. Setiap keputusan yang diambil alih alih haruslah seturut bersama kehendakNya. Selain itu, pasangan suami istri terhitung kudu memiliki pandangan yang benar mengenai prinsip dan ikrar pernikahan mereka.
Pernikahan bukanlah merupakan suatu pertalian yang berupa sementara. Masih banyak di pada kami yang beranggap bahwa pernikahan merupakan suatu cara untuk mencukupi kebutuhan, sehingga tidak hidup sendiri dan sehingga tidak kesepian. Seringkali di pada kami lupa dapat maksud pernikahan yang suci dan kudus itu. Ketika pernikahan tidak didasari atas cinta kasih Tuhan, maka pernikahan selanjutnya dapat enteng diputuskan dan di lepaskan sementara ada kasus yang dihadapi atau sementara dua pemikiran tidak dapat menjadi satu. Memang tiap-tiap orang memiliki pandangan yang tidak mirip mengenai pernikahan.
Ada yang memiliki pandangan bahwa menikah merupakan keliru satu cara sehingga dapat hidup bersama seseorang yang dicintai tetapi ada pula yang berpandangan bahwa pernikahan merupakan suatu mengenai yang suci sehingga kudu dapat mempunyai pasangannya untuk sama-sama bertumbuh di di dalam Tuhan. Oleh karena itu, tiap-tiap pasangan kudu jelas khususnya dahulu mengapa mereka mendambakan menikah dan membangun keluarga bersama.