Perempuan Muslimah Itu Ibarat Buku

foto: https://www.runimas.com
Wanita itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk memelihara akhlaknya. Terlebih jikalau jilbab itu tidak hanya hanya untuk menutupi tubuhnya, dapat tetapi termasuk menjilbabkan hati. Dan jikalau ia tak bersampul, maka ia dapat keluar lebih kusam, ternoda oleh coretan, sobek, karena dia tidak dapat memelihara dirinya, itu karena dia melepas auratnya keluar oleh laki-laki bukan mahramnya.
Menjadi wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang umur ini ada. Dan sudah harusnya kita memelihara amanah ini, dengan membentengi diri kita iman dan ilmu. Senantiasa belajar dan mengusahakan untuk selalu melaksanakan perbaikan diri. Karena sebetulnya jadi wanita baik itu tidak mudah. Butuh iman dan pengetahuan kehidupan yang bersamaan dengan pengalaman. Lihatlah di luar sana, selalu banyak wanita yang dengan bangganya mengobral kehormatan dan kecantikannya, perlihatkan auratnya kepada non mahram, terutama ada satu diantara mereka yang hingga terenggut kehormatannya karena tidak dapat memelihara dirinya. Astaghfirullah, susahnya jadi wanita.
Benar. Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tetapi Kau yang memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia ciptakan aku, Ia tentu membawa pertimbangan khusus, hingga seterusnya sementara kulahir kedunia, Ia menjadikan diriku seorang wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah mengamanahkan ini kepadaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar biasa. Yang berasal dari rahimnya dapat terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia sehina Fir’aun. Dan seperti apa diri kita kelak terlalu di pengaruhi oleh bagaimana langkah kita bersikap, dan memelihara izzah dan iffah kita.
Ukhti, bersyukurlah karena engkau di karunia wajah yang cantik dan tubuh yang sempurna. Dan sudah harusnya engkau memelihara amanah berikut dengan sebaik-baiknya. Bukan dengan perlihatkan aurat kepada laki-laki bukan mahram, agar sebabkan mereka dipengaruhi dan memuja kecantikanmu. Tapi jagalah amanah berikut dengan memelihara dirimu berasal dari hal-hal yang Allah murkai, karena cantik yang sebetulnya adalah sementara engkau dapat memelihara dirimu dan kehormatanmu. Bukan dengan berlomba-lomba mempercantik tubuh agar tidak mengindahkan batasan-batasan yang sudah Allah memberikan kepadamu.
Sungguh rasanya malu diri ini, sementara aku tidak dapat memelihara amanah yang sudah Allah memberikan kepadaku. Aku malu jadi wanita, jikalau faktanya wanita itu ringan diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu jadi wanita jikalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga mengajak terhadap jalan sesat. Aku malu jadi wanita jikalau ternyata berasal dari pandangan dan nada wanita yang tak terjaga dapat memunculkan
doa agar lingkungan aman syahwat. Aku malu jadi wanita jikalau ternyata tindak tandukku tidak rela di hati sahabat-sahabatku . Aku malu jadi wanita jikalau ternyata wanita tak dapat jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan suaminya. Aku malu jadi wanita yang tidak cocok dengan fitrahnya. Ya, Aku malu jikalau sementara ini aku belum jadi sosok wanita yang seperti Allah harapkan. Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini.